Rabu, 14 Desember 2016

Tugas 3 Sistem Informasi Psikologi

Disini saya akan menceritakan sedikit mengenai kisah saya saat ini yang sedang saya rasakan, saat ini saya sedang merasakan kerinduan kepada ibu saya dikarenakan ibu saya sedang mengalami kondisi yang kurang baik.
Awalnya ibu saya merasakan sakit yang dianggap hanya sakit maag yang berobat ke dokter kemudian dikasih obat lalu sembuh, tetapi lama kelamaan ibu saya merasakan sakit yang terus-menerus walaupun dikasih obat namun obat itu tidak bereaksi jadi ibu saya tetap merasakan sakit itu. Pada akhirnya bapak saya, kakak saya dan saya memutuskan memaksakan ibu saya itu memeriksa itu semua, dan ternyata hasilnya ibu saya telah di diagnosa mengalami batu empedu yang berukuran  sudah cukup besar. Setelah itu kami sekeluarga membicarakan harus bagaimana tindakan selanjutnya, awalnya ibu saya tidak mau jika di oprasi karena beliau trauma karena kakaknya pernah mengalami hal yang sama yang pada akhirnya meninggal, tetapi kami sekeluarga selalu membujuk ibu saya dan berkata semua akan baik-baik saja dan pada akhirnya ibu saya mau melakukan oprasi. Tepat pada hari Jumat 2 Desember 2016 setelah sehari ulangtahun beliau, ibu saya masuk rumah sakit kemudian semuanya di periksa dari rekam jantung, tensi, dan lain sebagainya. Karena hasilnya semua bagus, langsung diputuskan oprasi dilakukan hari Sabtu 3 Desember 2016 pukul 10.30 WIB. Oprasi dilakukan pukul 10.30 WIB sampai 14.00 WIB dan saat itu saya tidak bisa menemani ibu saya oprasi karena saat itu saya sedang menjalani UTS, Alhamdulillah oprasi berjalan lancar. Setelah selesai melakukan oprasi, ibu saya merasakan sakit yang luar biasa sampai akhirnya beliau selalu merasakan sakit dan membuat beliau tidak tenang dan tidak bisa tidur, kami semua mengira kalau sakit yang dirasakan ibu saya adalah sakit yang biasa dialami orang-orang setelah oprasi, jadi semua dokter dan suster memberikan obat anti nyeri dan antibiotik tapi semua itu tetap tidak mempan dan ibu saya tetap merasakan sakit. Keesokan harinya, ibu saya mulai tenang dan merasakan sakitnya hilang beliau sudah belajar duduk dan jalan, wajah beliau juga sudah mulai ceria. Tetapi ketika sore harinya ibu saya drop beliau merasakan lemas, sakit dan seluruh tubuh ibu saya dingin semua, kemudian ibu saya diperiksa 3 dokter dan beberapa suster dan hasilnya tensi beliau rendah sekali dan dokter memutuskan untuk memindahkan ibu saya keruang ICU agar bisa terpantau dokter dan suster.
Setelah beberapa hari ibu saya di ICU dan tidak ada perkembangan yang baik, dokter meminta izin kepada bapak saya untuk memindahkan rumah sakit ibu saya dan pada akhirnya ibu saya dipindahkan ke salah satu rumah sakit yang berada dibandung. Kemudian ibu saya diperiksa kembali semua-semuanya dan ternyata dilambung ibu saya terdapat cairan dan harus dilakukan oprasi kedua pada hari Rabu 7 Desember 2016 pukul 22.30 WIB sampai pukul 03.05 WIB, dan Alhamdulillah berjalan lancar dan saat itupun  saya tidak bisa menemani ibu saya oprasi lagi dikarenakan masih ada jadwal UTS. Setelah oprasi ibu saya dimasukkan kembali kedalam ruang ICU dan ibu saya dipasang alat-alat yang cukup banyak. Setelah beberapa hari kemudian, di badan bagian perut ibu saya memerah dan terdapat benjolan-benjolan yang kemudian diperiksa lagi oleh dokter dan hasilnya adalah cairan, ga lama kemudian dokter memutuskan untuk melakukan oprasi ketiga ibu saya, oprasi dilakukan pada hari Minggu 11 Desember 2016 pada pukul 23.30 sampai pukul 02.13 dan alhamdulillah oprasi berjalan lancar dan baru kali ini saya dapat menemani ibu saya oprasi. Tetapi sampai saat ini, ibu saya masih berada di ruang ICU, dan saya berharap agar ibu saya cepat sehat kembali seperti sedia kala dan dapat berkumpul kembali dirumah bersama keluarga saya.

Hal ini dapat memberikan pelajaran untuk kita semua, bahwa kesehatan itu sangat penting sekali. Jangan sedikitpun meremehkan penyakit, ketika kita merasakan badan kita tidak enak segeralah periksa sebelum semuanya terlambat. Jagalah kedua orangtua kita dan orang-orang yang berada disekitar kita semua dan jaga kesehatan pada diri kita sendiri.

Selasa, 08 November 2016

TUGAS 2 - CONTOH KASUS SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

Sekarang ini banyak sekali penggunaan sistem informasi terhadap psikologi. Salah satunya yaitu pada alat tes, bahkan tes-tes psikologi sebagian besar sudah menggunakan komputer untuk skoring atau penghitungan hasil akhir bahkan saat  pengerjaan sebuah test-testnya. Psikologi sendiri berbicara tentang manusia. Jika digabungkan, sistem informasi psikologi mencangkup : Hardware, software, people, procedur , data dan manusia. Hardware dan software sebagai mesin sedangkan prosedur dan manusia sebagai pelaku, dan data berfungsi sebagai jembatan dari keduanya. Sistem informasi bisa dimanfaatkan oleh pelaku psikologi untuk membantu mereka saat penghitungan skor dalam beberapa tes psikologi.
Sudah banyak orang-orang yang pernah mengikuti beberapa test psikologi sederhana melalui sebuah situs sosial media, dimana disana orang-orang tersebut diminta untuk mengisi beberapa soal dengan pilihan ganda sebagai jawabannya. Setelah diikuti lebih lanjut, dapat diketahui soal-soal tersebut merupakan sebagian dari test psikologi yang disederhanakan dan dibuat lebih mudah dipahami. Dengan mengisi pilihan ganda yang tersedia dan menjadikan jawaban paling dominan sebagai tolak ukur hasil test, keluarlah hasil test tersebut. Mungkin hasil yang diperoleh tidak terlalu valid dan reabilitas, tetapi ini merupakan salah satu contoh bahwa test psikologi tidak sekolot yang banyak orang bayangkan dan test psikologi mengikuti perkembangan zaman dengan turut menggunakan sistem informasi atau komputer untuk mempermudah penggunaan alat testnya.

Analisis Kasus dan Solusi
Dari contoh kasus yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi yang sangat canggih dan memudahkan banyak orang untuk mengakses berbagai situs ataupun website yang diinginkan, justru cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Dan itu merupakan salah satu contoh kasus yang sangat tidak baik, karena mengingat dalam dunia psikologi, untuk mendapatkan alat tes psikologi butuh perjuangan yang sangat panjang dan untuk membeli alat tes tersebut pun sangat mahal harganya, justru disini dimanfaatkan dengan tidak memikirkan hal-hal ataupun kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya. Apalagi secara umum hasil-hasil dari tes psikologi “palsu atau tidak benar” di media sosial tersebut tidak valid dan pastinya orang-orang di media sosial yang menggunakan aplikasi tes psikologi tesebut akan lebih mudah terpengaruh dan mempersepsikan bahwa dirinya seperti apa yang dikatakan pada hasil tes psikologi tersebut. Padahal bagi seorang psikolog, untuk memberitahu bahwa klien memiliki masalah masalah kepribadian ataupun masalah-masalah lainnya, harus melewati berbagai tes dan asesmen ataupun wawancara, sedangkan disini tes psikologi hanya dengan memilih pilihan ganda dan langsung terlihat hasil akhirnya. Dan menurut saya itu tidak baik dan tidak valid, karena akan membuat persepsi yang salah pada orang-orang yang menggunakan test psikologi di media sosial tersebut, lebih baik test psikologi dilakukan secara langsung agar hasilnya lebih valid. 


Minggu, 09 Oktober 2016

TUGAS 1 - SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

1.      PENGERTIAN SISTEM
Menurut Poerwadarminta (2003) sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang berupa alat dan lain sebagainya, yang bekerja sama untuk melaksanakan tujuan tertentu. Kemudian menurut Gaol (2008) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu, menurut Eriyanto (2004) sistem adalah kesatuan usaha yang terdiri dai bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain untuk mencapai satu tujuan bersama. 
Berdasarkan pengertian beberapa tokoh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang menyatu secara kompleks dan rapi untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan tertentu.
2.      PENGERTIAN INFORMASI
Menurut Bodnar & Hopwood (2000) informasi merupakan data yang diolah sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan dasar dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat dan benar. Selain itu, menurut Haryadi (2009) informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih beratti bagi penggunanya yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
Begitu pula, menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang berguna untuk para pengambil keputusan.
Berdasarkan pengertian menurut tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang diolah dengan cara tertentu lalu diinterpretasikan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
3.      PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut Basuki (2008) psikologi adalah  ilmu pengetahuan ilmiah yang mempelajari perilaku sebagai manifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif dan emosional.  Selanjutnya, menurut Muhibbinsyah (2001) psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Clifford T. Morgan (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Sedangkan Gardner Murphy (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku terbuka dan tertutup manusia baik secara individu maupun kelompok.
4.      SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Berdasarkan pengertian istilah-istilah diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat kombinasi dari manusia dan teknologi yang dimaksudkan mengolah data mengenai perilaku manusia sehingga menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
Sumber :
Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Depok : Universitas Gunadarma.
Bodnar, G. H., & Hopwood, W. S. (2000). Sistem informasi akutansi, terjemahan Amir Abadi Jusuf, Rudi M. Tambunan. Jakarta : Salemba Empat.
Eriyanto. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Bogor: Grasindo.
Gaol, J.L. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta : PT Gramedia.
Haryadi, H. (2009). Administrasi Perkantoran. Jakarta: Visi Media.
Jogiyanto. (2005). Analisis dan desain sistem informasi.Yogyakarta : Penerbit Andi.
Muhibbinsyah. (2001). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sarwono, S. W. (2009). Pengantar psikologi umum. Jakarta : Rajawali Pers.

Minggu, 19 Juni 2016

Tugas 4 Psikoterapi

REVIEW PSIKOTERAPI
1.      Terapi Psikoanalisis (Sigmund Freud)
Aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam diri manusia yang terletak jauh di alam bawah sadar dan itulah sebabnya mengapa seringkali banyak penyakit fisik yang disebabkan oleh tertekannya psikologis seseorang. Terapi psikoanalisis bertujuan untuk membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri klien. Beberapa teknik yang terdapat dalam terapi psikoanalisis diantaranya adalah asosiasi bebas, penafsiran, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transferensi.

Kelebihan Terapi
Terapi psikoanalisis ini memungkinkan klien mengetahui mengenai masalah-masalah yang terkait selama ini tidak disadarinya. Pengalaman-pengalaman masa lalu klien pun dapat diketahui, sehingga dapat memunculkan kembali berbagai hal yang selama ini direfresh oleh klien yang mungkin menjadi penyebab permasalahan yang dialami klien. Selain itu, terapi ini dapat membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis.

Kekurangan Terapi
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan terapi psikoanalisa sehingga dapat membuat klien menjadi jenuh dan memakan biaya yang tidak sedikit bagi klien. Kemampuan terapis juga harus handal, menguasai, dan terlatih dalam melakukan terapi psikoanalisa agar dapat mengungkapkan masalah masa lalu kliennya.

2.      Terapi Humanistik Eksistensialis
Terapi ini memungkinkan klien untuk menyadari potensi-potensi diri yang dimiliki untuk terus berkembang sehingga klien dapat sadar dan bertanggung jawab terhadap masalah yang sedang dihadapinya saat ini. Terapi ini juga memberikan kesadaran pada klien untuk bebas memilih dengan cara-cara yang tepat dalam  menentukan arah hidupnya. Teknik yang digunakan antaralain, penerimaan, rasa hormat, memberi dorongan, memantulkan pernyataan dan perasaan klien, dan bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna.

Kelebihan terapi
memberikan kebebasan kepada klien untuk dapat mengambil keputusan sendiri dengan begitu klien dapat lebih bebas dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya serta dapat menerima kenyataan yang ada dikehidupannya.

Kekurangan Terapi
Dalam terapi ini tidak terdapat perangkat teknik yang dikhususkan atau dianggap esensial atau dengan kata lain, terapi ini tidak memiliki teknik yang tegas. Selain itu, beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik karena dapat memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi.

3.      Terapi Person Centered (Carl Rogers)
Terapi client centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien, dimana terapis hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya. Terapi ini bertujuan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membatu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Beberapa teknik yang terdapat dalam person centered therapy diantaranya adalah empathy, positive regard (acceptance), dan congruence.

Kelebihan Terapi
Terapi ini membantu klien untuk memahami diri klien agar mampu menyelesaikan masalahnya secara sendiri dan menentukan hidupnya sendiri.

Kelemahan Terapi
Terapi ini hanya berfokus pada masalah yang diintergrasikan dengan konsep atau karakter diri klien yang luas, padahal tidak nyatanya ada beberapa pengalaman yang memang menjadi ancaman bagi konsep diri klien.

4.      Logoterapi (Frankl)
Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya. Logoterapi bertujuan agar klien dapat meraih hidup bermakna dan mampu mengatasi secara efektif berbagai kendala dan hambatan pribadi. Beberapa teknik yang terdapat dalam logoterapi diantaranya adalah persuasif, intensi paradoksikal, derefleksi, dan bimbingan ruhani (medical ministry).

Kelebihan Terapi
Dalam terapi ini, terapis bertindak sebagai cermin yang akan merefleksikan perasaan-perasaan kliennya lebih dalam. Terapi ini juga dapat membantu klien dalam memahami diri dan menerima kenyataan diri yang ada. Selain itu, dalam terapi ini klien diberikan kebebasan dalam menentukan arah pembicaraan dan diberikan kebebasan pula dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.

Kelemahan Terapi
Keterbatasan klien untuk dapat menemukan makna hidupnya yang menyebabkan timbulnya masalah dalam diri klien

5.      Terapi RET (Rational Emotive Therapy) (Albert Ellis)
RET adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun berpikir irasional dan jahat. RET menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya. RET menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik.

Kelebihan Terapi
Rational Emotive Therapy (RET) dapat membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik. Selain itu, Rational Emotive Therapy (RET) juga dapat membantu klien untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis.

Kelemahan Terapi
Apa yang dianggap tidak rasional oleh seseorang terkadang berbeda-beda sehingga hal ini dapat menimbulkan kesalahan analisa masalah.

6.      Terapi Perilaku (Behaviour Therapy) (Pavlov dan Skinner)
Terapi perilaku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh perilaku baru, penghapusan perilaku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya, yaitu bahwa segenap perilaku adalah dipelajari (learned), termasuk perilaku yang maladaptif. Beberapa teknik yang terdapat dalam terapi perilaku (behaviour therapy) diantaranya adalah desensitisasi sistematis, terapi implosif, latihan asertif, terapi aversi, dan token ekonomi.

Kelebihan Terapi
Terapi ini dapat memberikan pandangan bahwa permasalahan klien tidak hanya bersumber  pengalaman-pengalaman masa lampau saja namun juga karena perilaku dan respon maldaptif klien yang dapat menimbulkan masalah.

Kelemahan Terapi
Terapi ini lebih mementingkan dalam menangani gejala-gejalanya atau lebih mementingkan dalam memperlakukann simtom-simtomnya daripada penyebab-penyebabnya. Terapi perilaku (behaviour therapy) dapat mengubah suatu perilaku tetapi tidak dapat mengubah perasaan.

7.      Terapi Kelompok
Terapi kelompok membentuk perubahan terhadap klien, khususnya perubahan perilaku di dalam kelompok. Partisipasi pasien dalam terapi kelompok memberi kemungkinan kepadanya melepaskan tegangan dan mengalami abreaksi karena menghidupkan kembali sejumlah kejadian yang mengandung emosi. Dalam beberapa bentuk terapi kelompok yang lebih intensif, analisis hubungan transferensi (transference relationship) yang berkembang dalam kelompok akan terjadi. Beberapa teknik yang terdapat dalam terapi kelompok (group therapy) diantaranya adalah psychodrama techniques, T-Group techniques, encounter techniques,behavioral techniques, serta dance and art therapy.
Kelebihan Terapi
Keterlibatan klien lainnya dalam kelompok akan sangat membantu dalam penyelesaian masalah, klien satu dengan yang lainnya dapat berbagi pengalaman dan dapat memberikan sudut pandang lain mengenai masalah yang terjadi, serta untuk klien yang kurang berani berbicara didepan umum bisa untuk dipergunakan sebagai media pembelajaran.

Kelemahan Terapi

Karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda, maka terkadang sulit dalam menjalin hubungan antar anggota dalam terapi kelompok (group therapy) dan terkadang sulit pula untuk menumbuhkan kepercayaan dalam diri klien. Terapi kelompok (group therapy) juga dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan dalam diri klien yang lebih menginginkan adanya hubungan personal dengan terapis dalam melakukan terapi. Selain itu, terkadang klien dapat sangat bergantung dan berharap terlalu banyak pada kelompok.

Sabtu, 04 Juni 2016

TUGAS 3 PSIKOTERAPI

A. Terapi Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)
1.      Pengertian Rational Emotive Therapy
Terapi Emotif Rasional adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.
2.      Konsep Dasar Terapi Rasional Emotif
Konsep-konsep dasar terapi rasional emotif ini mengikuti pola yang didasarkan pada teori A-B-C, yaitu:
A   = Activating Experence (pengalaman aktif) Ialah suatu keadaan, fakta peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.
B   = Belief System (Cara individu memandang suatu hal). Pandangan dan penghayatan individu terhadap A.
C   = Emotional Consequence (akibat emosional). Akibat emosional atau reaksi  ndividu positif atau negative.

Menurut pandangan Ellis, A (pengalaman aktif) tidak langsung menyebabkan timbulnya C (akibat emosional), namun bergantung pada B (belief system). Hubungan dan teori A-B-C yang didasari tentang teori rasional emotif dari Ellis dapat digambarkan sebagai berikut:
A--------C 
Keterangan:
--- : Pengaruh tidak langsung
 B : Pengaruh langsung
Teori A-B-C tersebut, sasaran utama yang harus diubah adalah aspek B (Belief Sistem) yaitu bagaimana caranya seseorang itu memandang atau menghayati sesuatu yang irasional, sedangkan konselor harus berperan sebagai pendidik, pengarah, mempengaruhi, sehingga dapat mengubah pola pikir klien yang  irasional atau keliru menjadi pola pikir yang rasional.
3.      Ciri-ciri Rational Emotive Therapy
Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.    Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam  mengatasi masalah yang dihadapi, artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.
b.     Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien. 
c.    Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
d.     Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien
4.      Tujuan Rational Emotive Therapy
Tujuan utama dari terapi ini yaitu meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik. Terapi ini mendorong suatu reevaluasi filosofis dan ideologis berlandaskan asumsi bahwa masalah-masalah manusia berakar secara filosofis, dengan demikian Terapi Emotif Rasional tidak diarahkan semata-mata pada penghapusan gejala, tetapi untuk mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya yang paling dasar.
proses terapeutik utama TRE dilaksanakan dengan suatu maksud utama yaitu: membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasikan suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasikan keyakinan-keyakinan dogmatis yang irasional dan takhayul yang berasal dari orang tuanya maupun dari kebudayaannya.

5.      Teknik – teknik Rational Emotive Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien.  Teknik-teknik Rational Emotive Behavior Therapy sebagai berikut :
a.       Teknik-Teknik Kognitif
Adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien, ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif:
1)      Tahap Pengajaran
Dalam RET, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidak logikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
2)      Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Dan Konselor juga mencoba meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
3)      Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.
4)      Tahap Pemberian Tugas
Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka  merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.
b.      Teknik-Teknik  Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
1)      Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
2)      Teknik Self Modelling
Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.
3)      Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.
c.       Teknik-Teknik Behaviouristik
Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1)      Teknik reinforcement (penguatan), yaitu: untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward)ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang irasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang lebih positif.
2)      Teknik social modeling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk membentuk perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan maslah tertentu yang telah disiapkan konselor.
3)      Teknik live models 
Teknik live models (mode kehidupan nyata), yaitu teknik yang  digunakan untuk menggambar perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapanpercakapan sosial, interaksi dengan memecahkan maslah-masalah.
Peneliti menggunakan teknik kognitif dalam melaksanakan Rational Emotive Therapy (RET) sebab sesuai dengan permasalahan klien yaitu kurangnya rasa percaya diri. 


B.              Behaviour Therapy (Terapi Perilaku)
a.       Definisi Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigm belajar yang ditatpkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif. Dalam prakteknya, terapi perilaku adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis mana terapi didasarkan.
b.      Tujuan Terapi Perilaku
1.      Mengubah perilaku yang tidak sesuai pada klien
2.      Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien.
3.      Mencegah munculnya masalah di kemudian hari.
4.      Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
5.      Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya.
c.       Teknik-Teknik Terapi Perilaku
1.      Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.
2.      Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.
3.      Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai pemberian hadiah untuk respons yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang tidak diharapkan. 
4.      Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku dengan permainan simulasi (role-playing).
5.      Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah perilaku maladaptif.
d.      Teori dasar Metode Terapi Perilaku
1.      Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
2.      Terapi  untuk perilaku maladaptif adalah dengan penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
3.      Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
e.       Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
f.        Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien.

C.              Terapi Kelompok (Group Therapy)
Pada tahun 1910 Jacob Mareno (Psikiater Austria) menggunakan teknik teater untuk mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien dengan membawa problemnya pada setting kelompok, psikodrama (terapi kelompok). Harleigh B. Trecker mengatakan bahwa terapi kelompok merupakan suatu metode khusus yang memberikan kesempatan kepada individu-individu  dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi serta pendidikan. Karena banyaknya pasien yang datang pada terapis, maka terapis menggunakan perawatan dalam kelompok. Faktor dinamik yang berkembang dalam situasi kelompok itu sendiri menampilkan faktor-faktor yang baru yang oleh beberapa terapis menganggap suatu kelebihan terhadap terapi individual.
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual :
1.    Kelompok Eksplorasi Interpersonal: Tujuan adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung, oleh karena itu dapat meningkatkan harga diri. Tipe ini yang paling umum dilakukan.
2.    Kelompok Bimbingan Inspirasi: Kelompok yang sangat terstruktur kohesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan, dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar (missal, Alcoholic Anonymus). Anggota kelompok dipilih seringkali karena mereka “mempunyai problem yang sama”
3.    Terapi Berorientasi Psikoanalitik: Suatu teknik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik nirsadar pasien dan memprosesnya dari observasi interaksi antar anggota kelompok.
Sejumlah tipe terapi kelompok yang lain antara lain:
1.      Terapi perilaku
2.      Gestalt
3.      Konfrontasi
4.      Psikodrama (Role Play)
5.      Analisis transaksional
6.      Marathon, dll.
Teknik Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun, dan biasanya dilakukan seminggu sekali. Terdiri dari 5-12 anggota (bergantung pada tipenya). Terapis banyak dari disiplin ilmu dapat melakukan terapi kelompok, banyak terapi kelompok dilakukan dengan menyertakan ko-terapis. Beberapa kelompok terdiri dari pasien dengan hanya satu diagnosis (missal, Skizofrenia, Alkoholisme) tetapi ada juga yang campuran. Belum jelas pasien-pasien mana saja yang mendapat manfaat atau memburuk dengan terapi kelompok.
Metode Terapi Kelompok
Dalam praktek, terapi kelompok sangat bervariasi seperti halnya dengan terapi individual. Bentuk-bentuk paling awal terapi kelompok bersifat didaktis dimana pemimpin kelompok berceramah, meyakinkan, dan mengarahkan. Karena adanya perkembangan-perkembangan baru dibidang ini, pemimpin kelompok menjalankan fungsi yang sama untuk kelompok sama seperti yang dilakukan oleh terapis individual untuk pasiennya. Dia mendorong, mengungkapkan, memeriksa motif-motif, memberikan penafsiran-penafsiran, dan sedikit demi sedikit membangkitkan partisipasi masing-masing anggota kelompok dalam fungsi ini.
Kegunaan Terapi Kelompok
Partisipasi dalam pengalaman terapi kelompok akan menghilangian perasaan-perasaan terisolasi dalam diri pasien dan keunikan dari penyakitnya, dan demikian menghilangkan kecemasan-kecemasannya dan mendorongnya untuk membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati.
Terapi kelompok juga memiliki beberapa keuntungan khusus, yaitu:
1.      Terapi kelompok lebih murah, krena beberapa pasien ditangani pada waktu yang sama.
2.      Format kelompok member peluang kepada pasien untuk mempelajari bagaimana orang lain mengalami masalah-masalah yang serupa menangani kesulitan-kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam kelompok dan terapis memberi merekan dukungan social.
3.      Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan sumber daya terbatas. Format kelompok mungkin meningkatkan jumlah orang-orang yang dapat ditangani oleh seorang terapis, dan dapat mengurangi kewajiban orang untuk menantikan giliran wawancara dengan terapis.
4.      Terapi kelompok dapat memberikan sumber informasi dan pengalaman hidup yang dapat ditimba oleh pasien.
5.      Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang tepat. Para pasien mungkin menginginkan terapis memberikan dukungan pada mereka, tetapi dukungan yang diberikan oleh kawan-kawan sekelompok mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan harga diri dan kepercayaan diri.
6.      Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami seseorang bukanlah hal-hal yang unik.
7.      Para anggota kelompok yang bertambah baik merupakan sumber pengharapan bagi anggota-anggota lain dalam kelompok.
8.      Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani orang secara efektif.

Kekurangan Terapi Kelompok
1.      Tidak semua klien cocok : tertutup, masalah verbal, interaksi
2.      Peran terapis menyebar: menangani banyak orang sekaligus
3.      Sulit menumbuhkan kepercayaan: kurang personal
4.      Klien sangat tergantung dan beharap terlalu banyak pada kelompok
5.      Kelompok tidak dijadikan sarana untuk berlatih
6.      Membutuhkan terapis terlatih

REFERENSI:
Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Howland, Rebeka. (1997). Psikiatri. Alih Bahasa: R.F Maulany. Jakarta: Penerbit Buku    Kedokteran EGC.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Tomb, D. A. (2003). Buku saku : psikiatri. Jakarta: EGC

W. S. Winkel. (1988). Bimbingan konseling di institusi pendidikan.Yogyakarta: PT Grasindo       Persada